Francisco de Goya (1746-1828) adalah tokoh yang sering dihubungkan dengan realisme dan romantisme. Goya memandang dunia ini tanpa ilusi. Ia tidak lari dari kenyataan, karyanya adalah refleksi dari keadaan yang ada di sekitarnya. Goya terkenal sebagai pelukis potret. Lukisan-lukisan potretnya sangat mengagumkan kelembutannya. Seperti pada karya potret istrinya “Josefa Bayeu” atau “Madame Goya” tahun 1798. Lukisannya yang terkenal adalah sepasang lukisan “Maja” (dibaca “maha”) yang bertelanjang dan berpakaian (1797-98). Selain dari Goya, pelukis realisme adalah Honore Daumier (1808-1979) diwujudkan lewat karya-karya karikaturnya dengan teknik lithografi dibuatlah tidak kurang dari 4000 karya karikatur baik untuk koran maupun untuk dirinya sendiri (Soedarso SP, 1990: 24-26).
Realisme adalah aliran seni yang berusaha untuk meniru bentuk di alam nyata semirip mungkin. Pada awal perkembangan seni lukis, realisme adalah tujuan utama untuk mendapatkan lukisan yang indah. Tokohnya Gustave Courbet (1819-1877) dan Jean François Millet. Jean François Millet adalah kelompok pelukis dari Barbizon (nama sebuah desa di dekat hutan Fontainebleau yang tidak jauh dari Paris). Gustave Courbet pernah berkata dengan pongahnya, ia mengatakan “Tunjukan Malaikat padaku dan aku akan melukisnya” yang mengandung arti bahwa baginya lukisan itu pada dasarnya adalah seni yang konkrit, menggambarkan segala sesuatu yang ada dan nyata. Dengan perkataan lain ia hanya mau mendasarkan seninya pada penyerapan pancainderanya saja (khususnya mata) dan meninggalkan fantasi dan imaginasinya. Ia hanya melukis apa adanya tidak kurang tidak lebih. Karya-karyanya pada tahun 1849 diantaranya: Habis makan di Omans (mendapat hadiah medali ke dua), Pemakaman di Omans atau sering disebut sebagai Pemakaman Romantikisme (Soedarso SP, 1990: 27).
Dalam situs http://id.wikipedia.org/wiki/Realisme_%28seni_rupa%29 dijelaskan bahwa Realisme di dalam seni rupa berarti usaha menampilkan subyek dalam suatu karya sebagaimana tampil dalam kehidupan sehari-hari tanpa tambahan embel-embel atau interpretasi tertentu. Maknanya bisa pula mengacu kepada usaha dalam seni rupa untuk memperlihatkan kebenaran, bahkan tanpa menyembunyikan hal yang buruk sekalipun. Realisme dalam seni rupa bisa pula mengacu kepada gerakan kebudayaan yang bermula di Perancis pada pertengahan abad 19. Namun karya dengan ide realisme sebenarnya sudah ada pada 2400 SM yang ditemukan di kota Lothal, yang sekarang lebih dikenal dengan nama India.
sumber: achmadyanu.com